Resume Kajian Ustadz Rosyid Abu Rosyidah ✓ Bagaimana Adab bersama Quran?
RESUME KAJIAN
Masjid Nurul 'Ashri Deresan Yogyakarta
๐ Tema : Bagaimana Adab bersama Quran?
๐ค Bersama : Ustadz Rosyid Abu Rosyidah
dalam Kajian Senin Sore
๐ Senin, 29 Juli 2019
๐ฐ 16.15 - 17.30 WIB
๐ Ruang Utama Masjid Nurul 'Ashri
๐ฅ Terbuka untuk Umum
☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘
Setiap muslim tentunya harus percaya dan mengimani tentang kemulian Al Quran dan keutaman Al Quran dibandingkan perkataan siapa saja di dunia ini.
Konsekuensi adalah tidak ada teks di dunia ini yang lebih sering kita baca melebihi Al Quran. Tidak layak bagi seorang mahasiswa/i lebih sering baca jurnal dibanding Quran ketika dia mengaku seorang muslim/ah.
Maka Al Quran harus kita nomor satukan di atas teks apapun. Tentu saja dengan ujian yang luar biasa.
Hati-hati. Hadzihi mushibah ! ada sebagian orang yang merasa sudah tercukupi dengan mendengar video-video dakwah tanpa bermesra-mesra ria dengan Quran. Siapapun yang dibalik kamera, perkataannya tidak lebih benar dibandingkan kalam Allah. Lalu mengapa kita sudah merasa cukup?
Dan sesuangguhnya Al Quran adalah kalam Allah yang tidak ada kebathilan di depan maupun di belakangnya.
“Barang siapa yang berkata dengan Al quran pasti benar, dan barang siapa yang berhukum dengan Al Quran pasti adil. ”
❓Benarkah?
๐ Tafsir : tidak semua yang berkata dengan Al Quran benar, dan tidak semua yang berhukum dengan Al Quran adil. Lihat dulu kepemahaman, ideologi, akidah, manhajnya.
๐ตContoh : ada orang yg fanatik dengan rokok. Dia berdalil dengan “wa aqimusshalata wa atuzzakata warka’i ma’arraqi’in. "
raqi’ disini adalah rokok. Lalu dia berkata bahwa rokok diperbolehkan. Sungguh ini pemahaman yang keliru.
Barang siapa yang dia mesra dengan Al Quran, sesungguhnya dia adalah keluarga Allah.
Barang siapa yang berpegang padanya pasti menang dan beruntung. Siapa yang berpaling darinya, mengutip ayat Al Quran sesuai nafsunya untuk membenarkan perkataannya saja maka dialah orang yang celaka.
“Hadist -hadist tentang Al Quran”
1. Bacalah Al Quran karna sejatinya Al Quran itu akan datang pada hari kiamat, semua hafalan-hafalan Quran kita akan menjadi penolong bagi kita.
2. Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.
Maka ini adalah cambuk bagi orangtua dan calon orang tua. Seberapa takabur dan sombong anda hinga anda menyerahkan anak anda untuk diajari oleh orang lain, tidak tahu kualitas bacaan Al Quran anaknya, karna begitu percayanya terhadap guru ngaji anaknya.
3. Sejatinya hati itu bisa karatan, sebagaimana besi.
Lalu para sahabat bertanya “apa obatnya yaa Rasulullah?”
Rasul mengatakan 2 hal : “ tilawatul quran wa dzikrul maut. Membaca Al Quran dan mengingat kematian. ”
๐ซKalau kita merasa futur, masbuk datang sholat ke masjid, tidak mau diajak kajian.
Ambil mushaf, BACA❗dihalaman berapapun yang engkau dapati, diayat berapapun yang engkau dapati !
Maka seorang muslim perlu untuk terus meng-upgrade dirinya dengan beradab dengan Al Quran.
Hati-hati ! ketika kamu merasa lebih faham dengan ilmu al quran dibanding orang lain, sungguh islam tidak butuh orang seperti itu.
๐ต Adab-adab terhadap Al Quran
1. Membacanya dalam kondisi sesempura mungkin, se-perfect, se-mumtaz mungkin. Dalam keadaan thaharah, menghadap ke arah kiblat, dan duduk dengan sikap penuh tawadhu’ dan ketundukan.
Apakah boleh membaca Al Quran dengan selonjor? Boleh. Tidak batal pahalanya. Lalu apakah duduk seperti itu duduk yang penuh adab? Menunjukkan rasa cintanya terhadap al quran? Tidak.
2. Membaca Al Quran dengan tertib, tartil, tidak tergesa-gesa. Konsekuensi dari tidak cepat-cepat dalam membaca Al Quran adalah tidak cepat-cepat mengkhatamkannya. Khatam quran itu tidak perlu lomba.
Barang siapa yang mengkhatamkan al quran kurang dari tiga hari, maka dia tidak faham.
Jika para sahabat, tabi’in, ‘ulama bias khatam quran berkali-kali dalam waktu singkat, beliau semua sudah faham ketika membaca Al quran, mereka faham artinya dan maknanya. Jangan bandingkan dengan kita, yang standar akademisnya kurang.
3. Hendaklah kita membaca dengan khusyu’ , menghandirkan rasa sedih, menghandirkan rasa peka, dan berusaha untuk menangis. Kalau tidak bisa menangis, maka buat-buatlah menangis. (buatlah kondisi dimana kamu bisa menangis).
4. Berusaha memperindah suaranya ketika membaca Al Quran.
๐ธ “hiasilah Al Quran dengan suara kalian, perindahlah Al Quran dengan suara kalian”.
๐ธ Baca dengan seindah-indah suara. Maka tidak heran santri di rumah-rumah tahfidz, ketika liburan melakukan ghurah. Demi melaksanakan perintah Rasulullah shalallahhu’alaihi wassalam.
5. Hendaklah seseorang ketika membaca Al Quran melirihkan suaranya, merendahkan suaranya.
terutama bagi orang yang takut riya’ , atau khawatir ada orang sholat yang terganggu sholatnya.
6. Hendaklah ketika membaca Al Quran disertai dengan tadabbur dan tafakur, perenuangan dan penuh perasaan pengagungan, menyelami maknanya penuh penghayatan, tidak hanya membaca saja.
Mari buat GOAL untuk Ramadhan tahun depan, bukan khatam Al Quran, tapi paham Al Quran.
7. Jangan sampai ketika kita sedang membaca Al Quran kita lengah dan kita lalai. —maknyanya : menyelisihi.
Contoh: kita suka ayat-ayat tentang birul walidain, namun kita tidak melakunnya—birul walidain—terhadap orang tua kita.
8. Berusaha memiliki sifat-sifat orang yang mesra dengan Al Quran, hafizhul Quran.
Muhammad ibn ka’ab : kami dulu melihat orang-orang yang mesra dengan quran, hafizhul quran, warna kulitnya kuning.—maknanya: menyiratkna pada begadangnya dan panjangnya tilawah mereka, panjangnya tahajud mereka.
Itulah kualitas salafus shalih, para imam, sahabat, thabi’in, yang mereka begitu kuat pengamalannya terhadap Al Quran. Siapa kita dibanding mereka, dan siapa kita ketika kita tidak mau mencontoh mereka?
☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘
๐ oleh:
Relawan Kajian Muslim (KAMUS) @masjidnurulashri
5. Hendaklah seseorang ketika membaca Al Quran melirihkan suaranya, merendahkan suaranya.
terutama bagi orang yang takut riya’ , atau khawatir ada orang sholat yang terganggu sholatnya.
“Orang yang terang-terangan (keras-keras) dalam membaca Al Quran, tanpa melihat sekeliling, seperti orang yang terang-terangn dalam bersedekah."
6. Hendaklah ketika membaca Al Quran disertai dengan tadabbur dan tafakur, perenuangan dan penuh perasaan pengagungan, menyelami maknanya penuh penghayatan, tidak hanya membaca saja.
Mari buat GOAL untuk Ramadhan tahun depan, bukan khatam Al Quran, tapi paham Al Quran.
7. Jangan sampai ketika kita sedang membaca Al Quran kita lengah dan kita lalai. —maknyanya : menyelisihi.
Contoh: kita suka ayat-ayat tentang birul walidain, namun kita tidak melakunnya—birul walidain—terhadap orang tua kita.
8. Berusaha memiliki sifat-sifat orang yang mesra dengan Al Quran, hafizhul Quran.
Muhammad ibn ka’ab : kami dulu melihat orang-orang yang mesra dengan quran, hafizhul quran, warna kulitnya kuning.—maknanya: menyiratkna pada begadangnya dan panjangnya tilawah mereka, panjangnya tahajud mereka.
๐ตMurid dari Wahab ibn wirid bertanya: “Dengan apa engkau bisa kuat untuk tidak tidur malam? lalu beliau menjawab, “keajaiban Al Quran membuatku terjaga dari tidur.”
Itulah kualitas salafus shalih, para imam, sahabat, thabi’in, yang mereka begitu kuat pengamalannya terhadap Al Quran. Siapa kita dibanding mereka, dan siapa kita ketika kita tidak mau mencontoh mereka?
☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘✨☘
๐ oleh:
Relawan Kajian Muslim (KAMUS) @masjidnurulashri
Comments
Post a Comment